DMC Dompet Dhuafa Ajak Ibu Rumah Tangga Sigap Hadapi Kebakaran Skala Kecil  

Tangerang Selatan—Emak Titin (64) masih mengenang kejadian beberapa waktu silam, ketika api membara secara tidak normal di atas kompor saat ia membuat pisang goreng. Api yang meninggi memaksa Emak Titin mencabut selang regulator dari tabung gas 3kg dan menjauhkan tabung gas dari sumber api.  

Tidak panik, Emak Titin segera meletakkan kain basah ke atas api yang masih menyala itu. Sekejap api padam dan dapur serta rumahnya aman dari kemungkinan kebakaran.  

Cerita itu Emak Titin sampaikan saat sesi pemaparan materi pemadaman api oleh tim DMC di gedung Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Minggu (19/5/2025).  

Pada saat itu ID Humanity Dompet Dhuafa melalui Disaster Management Center (DMC) hadir di acara SIGAMAS: Siaga Darurat untuk Mayarakat Aman dan Selamat yang diselenggarakan oleh FiKes (Fakultas Ilmu Kesehatan) Disponder Team UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.  

Di depan peserta acara yang hadir, sebagian besar adalah ibu rumah tangga, Mochamad Syaiban memaparkan materi tentang pemadaman kebakaran skala kecil.  

Di sesi materinya Syaiban menerangkan teori segitiga api yang menjelaskan selama ada tiga unsur tertentu: panas, oksigen (di udara), dan bahan bakar, kebakaran bisa terjadi.  

“Hanya butuh kadar oksigen 16% dari udara, dan ada sumber api serta bahan bakar seperti gas, bensin, dan lain-lain, api bisa menyala,” jelas Syaiban saat sesi materi.  

Kata Syaiban, bila melihat teori segitiga api, potensi terjadinya kebakaran sangat besar. Maka dari itu mengetahui cara penanganan pertama yang tepat saat terjadi kebakaran menjadi begitu penting.  

“Kalau lagi masak ada kobaran api di kompor atau tabung gas, kuncinya adalah jangan panik. Ambil kain basah lalu kita letakkan di sumber api. Ketika sumber api tidak lagi memiliki udara, maka api akan mati, karena kehilangan satu unsur untuk terjadinya kebakaran,” lanjutnya. 

Emak Titin menyimak dengan saksama apa yang dijelaskan oleh tim DMC. Ia menilai kobaran api yang tidak normal bisa saja terjadi di dapur, sehingga pengetahuan dalam menanganinya harus juga diketahui oleh para ibu rumah tangga lainnya.  

“Menurut Emak, ya, cara memadamkan api itu soal gampang. Yang penting kita jangan panik. Jangan ada emosi saat menghadapi api. Jadi kita santai aja. Adanya pelatihan ini penting banget. Apalagi buat ibu-ibu yang biasa di dapur, dan bagus juga buat anak-anak sekolah. Ibu-ibu yang dagang gorengan atau yang suka masak biar pada tahu juga,” kata Emak Titin.  

Di acara SIGAMAS, di lapangan kantor Kelurahan Cirendeu, tim DMC memperagakan secara langsung bagaimana memadamkan api menggunakan kain basah, dan APAR. Ibu-ibu, relawan DAMKAR Tangerang Selatan, dan mahasiswa UIN Jakarta yang hadir menyaksikan bagaimana tim DMC menjinakkan si jago merah yang berkobar.  

Antusiasme peserta tampak saat satu per satu Ibu-ibu dan peserta yang hadir berkesempatan mencoba memadamkan api secara langsung, baik menggunakan kain basah ataupun APAR.  

Umar Wirahma Alam, mahasiswa UIN Jakarta sekaligus Ketua Pelaksana SIGAMAS, menyampaikan kebakaran sering terjadi di pemukiman warga hal ini dikarenakan masih kurangnya informasi tentang penanganan kebakaran di masyarakat.  

“Kebakaran besar itu kan bermula dari kebakaran kecil di rumah-rumah biasanya. Nah, kenapa sih kebakaran kecil ini bisa terjadi, itu karena ketidaktahuan infromasi atau edukasi tentang penanganan kebakaran kecil tersebut. Dari kondisi itu kami memilih tema tentang kebakaran agar masyarakt yang masih awam terhadap penanganan kebakaran bisa mengetahui dan memiliki skill memadamkan api, supaya api tidak membesar dan tidak memakan banyak korban,” ujar Umar.  

Umar berharap dengan terselenggaranya kegiatan SIGAMAS, potensi kebakaran bisa diminimalisir kemungkinan terjadinya, bahkan jangan sampai terjadi lagi. Maka dari itu pengetahuan dan keterampilan menanganani kebakaran skala kecil tidak berhenti di para peserta, tetapi bisa terus menyebar ke masyarakat luas.  

Umar juga mengapresiasi peran DMC dalam setiap kondisi kegawatdaruratan di Indonesia. Ia berharap DMC terus menjadi lembaga terdepan dalam merespons kebencanaan dan terus menginspirasi masyarakat untuk berdaya dalam menghadapi bencana.  

Kawan Baik, semoga segala ikhtiar bersama dari kawan-kawan mahasiwa FiKes UIN Jakarta, DMC Dompet Dhuafa serta segenap relawan kebencanaan ini menjadi langkah nyata untuk menciptakan masyarakat yang tangguh, sigap, dan tidak panik dalam menghadapi situasi darurat—karena keselamatan bermula dari pengetahuan yang dibagikan dan keterampilan yang dilatih. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang. (Muhammad Afriza Adha/ID Humanity Dompet Dhuafa)