Gotong Royong Pulihkan Lahan Kritis Semeru, DMC Dompet Dhuafa Libatkan Warga dan Komunitas 

Lumajang—Desa Curah Kobokan di Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, adalah salah satu wilayah paling parah yang terkena dampak erupsi Gunung Semeru pada Desember 2021 silam. Sebagian besar rumah warga di desa ini rusak dan ratusan hektar lahan perkebunan hancur akibat awan panas guguran dan banjir lahar dingin.  

Pasca-erupsi desa ini masuk ke dalam kawasan rawan bencana Semeru, sehingga beberapa upaya mitigasi sangat genting untuk dilakukan.  

ID Humanity Dompet Dhuafa melalui Disaster Management Center (DMC) menaruh perhatian pada upaya mitigasi di sekitar Semeru lewat pendekatan lingkungan.   

Pada Kamis (15/5/2025) DMC Dompet Dhuafa bersama Dompet Dhuafa Jawa Timur dan Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) Jawa Timur melakukan aksi penanaman pohon di Desa Curah Kobokan.  

Aksi yang dimulai pada pukul 9 pagi ini juga diikuti berbagai komunitas lokal dan lembaga lainnya, seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lumajang, Komunitas Swadaya Masyarakat (KSM) Bina Semeru Damai, Yayasan Baitul Maal PLN, Semeru Bangkit, Relawan Gunung Semeru, HKTI, dan AMS Lumajang.  

“Dalam kegiatan ini secara seremonial dilakukan penanaman sekitar lebih dari 100 bibit terlebih dahulu, selebihnya akan dilakukan secara bertahap sekaligus pengawasan berkala terhadap pertumbuhan pohon yang sudah ditanam KSM dan warga,” jelas Ika Saragih staf Lingkungan dari DMC Dompet Dhuafa.  

Sebelum tahun 2010 di Desa Kobokan Curah, sesuai penuturan Ika Saragih, lahan seluas 300 hektar yang terletak di lereng Gunung Semeru merupakan hutan alami. Namun beberapa waktu setelahnya wilayah hutan ini dialihfungsikan menjadi perkebunan yang dikelola warga.  

“Dampaknya saat kejadian erupsi Semeru di tahun 2021, Desa Curah Kobokan tidak mempunyai penahan laju lahar dan awan panas sehingga nahas banyak korban jiwa dan materil yang dialami warga,” tutur Ika.  

Tak hanya menanam, DMC bersama warga dan komunitas juga menguji pemanfaatan pupuk organik hasil olahan sampah organik Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) oleh KSM.  

Pupuk ini digunakan untuk membantu bibit tumbuh di lahan yang kini keras dan tandus, bukti nyata bagaimana pengelolaan sampah pun bisa menjadi bagian dari pemulihan ekosistem pasca-erupsi.  

Tiga bulan lalu pupuk hasil produksi kawan-kawan KSM telah diuji coba, dan berhasil menumbuhkan tanaman di lokasi bekas erupsi.  

Ika Saragih menyampaikan kegiatan bersama ini merupakan upaya rehabilitasi lahan erupsi sebagai benteng penahan dalam rangka minimalisir dampak lahar dan awan panas. 

“Penanaman atas inisiatif kelompok dampingan KSM Bina Semeru Damai (BSD) ini bertujuan untuk menghijaukan kembali area tersebut menjadi hutan yang melindungi warga jika erupsi terjadi kembali sekaligus memberikan manfaat ekonomi berkelanjutan,” ungkap Ika.  

“Rehabilitasi di lahan ini penting untuk dilanjutkan mengingat jika tidak ada pohon penahannya, aliran lahar bisa sampai ke Lumajang,” pungkasnya.  

Sementara apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini disampaikan oleh Agus perwakilan DLH Lumajang, “Sangat mengapresiasi kegiatan dan dukungan dari DMC dan DD Jawa Timur. Kolaborasi seperti ini sangat diperlukan karena usaha-usaha seperti rehabilitasi di kawasan Semeru perlu keterlibatan berbagai pihak. DLH sangat terbantu sekali. Berharap bisa terus bersama melakukan rehabilitasi lahan di area Lumajang,” kata Agus.   

Kawan Baik, fenomena seperti erupsi memang fenomena alam yang tidak bisa kita kendalikan kedatangannya. Namun, kita memiliki tanggung jawab untuk melakukan segala upaya agar risiko bencana bisa diminimalisir di waktu-waktu mendatang. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang. (Muhammad Afriza Adha/ID Humanity Dompet Dhuafa)