Pulihkan Kedaulatan Pesisir: Rumpon Kerang Hijau untuk Ketahanan Nelayan Tambakrejo 

Semarang—Kawasan pesisir, yang memiliki peran strategis dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan pelindung dari bencana alam, kini menghadapi tekanan serius akibat degradasi lingkungan yang masif. 

Aktivitas ekonomi seperti perdagangan dan pariwisata yang tidak dikelola secara berkelanjutan telah merusak ekosistem penting, termasuk mangrove, terumbu karang, dan padang lamun. 

Di wilayah pesisir yang padat industri, eksploitasi air tanah menyebabkan penurunan muka tanah, memperparah risiko banjir rob, abrasi, dan kenaikan permukaan laut. 

Di Pantura, khususnya Semarang, proyek-proyek besar seperti kawasan industri berdampak pada perubahan ruang hidup dan kawasan tangkap nelayan. 

Situasi ini menimbulkan krisis multidimensi—lingkungan, sosial, dan ekonomi—yang mengancam keberlanjutan kawasan pesisir dan penghidupan masyarakat di sekitarnya. 

Para nelayan di Desa Tambakrejo menjadi saksi hidup bagaimana degradasi lingkungan akibat krisis iklim ini menyulitkan hidup mereka.  

Ruang tangkap nelayan Tambakrejo semakin mengecil. Ikan-ikan dan hasil laut lainnya kian sulit diperoleh, sehingga berdampak pada penurunan pendapatan yang signifikan. Bahkan jika dibiarkan begitu saja sumber penghidupan mereka selama ini bisa terancam hilang.  

Menyadari kondisi krisis ini, ID Humanity Dompet Dhuafa melalui Disaster Management Center (DMC) dan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jawa Tengah melakukan pemasangan rumpon kerang hijau di sekitar perairan Kampung Nelayan Tambakrejo, Kecamatan Semarang Utara, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (21/5/2025). Ini merupakan bentuk tindak lanjut DMC dan Walhi Jateng dalam program Kawasan Pemulihan Pesisir (KPP) di wilayah pantai utara Jawa Tengah.  

Pemasangan rumpon ini bertujuan memperkuat ketahanan nelayan Tambakrejo terhadap dampak krisis iklim, terutama dalam aspek kemandirian ekonomi mereka. 

Lebih dari seratus bambu rumpon dipasang pada hari itu dengan melibatkan segenap kelompok nelayan Tambakrejo.  

Putri Alya Firdaus selaku penanggung jawab dari DMC untuk program KPP di Semarang Utara menjelaskan bahwa dalam pemasangan rumpon kerang hijau ini akan menggunakan 2.500 batang bambu setinggi 5 meter. Bambu-bambu ditanam di perairan dengan kedalaman 2-3 meter.  

“Pemasangan atau pembuatan rumpon ini akan menggunakan 2.500 batang bambu, dan karenanya pemasangan akan dilakukan bertahap,” ujar Alya.  

“Adanya rumpon kerang hijau ini diharapkan menjadi ekonomi alternatif nelayan tambakrejo saat ekosistem pesisir terganggu dan tidak bisa menawarkan banyak tangkapan laut,” imbuh Alya.  

Rumpon-rumpon di Tambakrejo dinilai memiliki fungsi seperti terumbu karang alami yang menjadi tempat  hidup biota laut, seperti ikan, kerang, atau bahkan udang dan kepiting.  

Di samping itu, rumpon-rumpon yang sudah ada di Tambakrejo, membantu pendapatan nelayan lewat sektor di luar tangkapan laut, misalnya menjadi titik pemancingan karena ikan-ikan cenderung berkumpul di sekitar rumpon.  

“Sedari awal, pemasangan rumpon ini ditujukan untuk membantu ketahanan ekonomi nelayan. Membantu langkah adaptasi mereka terhadap krisis iklim yang berdampak pada kehidupan sehari-hari mereka,” tambah Alya.  

Di sisi lain, Fahmi Bastian selaku Direktur Eksekutif Daerah WALHI Jawa Tengah, berpendapat bahwa penanaman rumpon untuk budidaya kerang hijau yang dilakukan bersama warga Tambakrejo menjadi statement tegas bahwa laut merupakan sumber penghidupan yang teramat penting bagi mereka yang tinggal di wilayah pesisir.

“Ini menjadi salah satu strategi dari advokasi yang kita lakukan, supaya pemerintah memberi pengakuan terkait kebedaraan warga dan kampung nelayan yang ada di Tambakrejo,” ungkap Fahmi.

Menurut Fahmi, pemerintah seharusnya dapat melihat bahwa warga Tambakrejo yang masih banyak berprofesi sebagai nelayan memang tidak bisa dipisahkan dari aktivitas melaut. Perlindungan laut (pesisir) sebagai ruang tangkap dan ruang hidup nelayan kemudian menjadi hal krusial yang harus dilakukan agar profesi nelayan dan masyarakat kampung Tambakrejo bisa terus eksis dan tidak hilang oleh proyek-proyek pembangunan yang dilakukan di kawasan pesisir.

Salah seorang nelayan Tambakrejo, Abdullah Ahmad Marzuki (36), atau lebih akrab disapa Mas Zuki, menyampaikan rasa syukurnya atas dukungan yang dari DMC dan Walhi ini. Ia mengatakan kebermanfaatan atas hasil laut dari pengaruh rumpon-rumpon ini merupakan bukti dari kondisi laut Semarang yang sesungguhnya memiliki potensi sumber laut untuk nelayan setempat. Memberikan mereka banyak alasan untuk tetap bertahan di tempat kelahirannya.

“Dukungan sampai saat ini dari teman-teman DMC, Walhi, dan komunitas lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu, memberikan tambahan semangat kepada kami. Saya ingin menyampaikan ke teman-teman nelayan di Tambakrejo kalau kita semua tidak sendiri. Ini memberikan semangat kami untuk terus bertahan. Bertahanlah,” ucap Mas Zuki.  

Upaya pemasangan rumpon kerang hijau di perairan Tambakrejo menjadi penanda bahwa pemulihan pesisir bukanlah sekadar wacana, melainkan langkah nyata yang melibatkan masyarakat sebagai garda terdepan.  

Kolaborasi antara DMC Dompet Dhuafa, WALHI Jawa Tengah, dan para nelayan membuka harapan baru bagi keberlanjutan hidup di kawasan pesisir yang kian tertekan. Inilah langkah nyata untuk pulihkan kedaulatan pesisir. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang. (Muhammad Afriza Adha/DMC Dompet Dhuafa)