
Di balik setiap bencana besar yang melanda, ada sejumlah relawan yang bekerja tanpa pamrih, merelakan waktu, tenaga, dan hati mereka demi membantu sesama. Salah satunya adalah Adib Wajih Alirfani, seorang relawan yang telah menjadi bagian dari Disaster Management Center (DMC) sejak akhir 2019. Pengalamannya dalam merespons berbagai bencana, termasuk yang paling berkesan bagi dirinya adalah saat gempa Cianjur.
Pada 21 November 2022, gempa berkekuatan 5,6 magnitudo mengguncang Cianjur dan sekitarnya. Bencana ini memicu reaksi cepat dari berbagai pihak, termasuk relawan DMC. Adib, yang saat itu tengah berada dalam kesibukannya, langsung bergegas menuju Cianjur bersama tim relawan dari Jabodetabek untuk memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan.

“Gempa Cianjur benar-benar berbeda. Kami bekerja dalam satu tim yang solid. Tidak ada yang merasa lebih penting satu sama lain. Kami benar-benar seperti keluarga,” ujar Adib mengenang pengalaman penuh makna itu.
Tanggapan relawan seperti Adib sangat penting, mengingat Cianjur, yang berada di wilayah rawan gempa, mengalami kerusakan hebat, baik dari segi infrastruktur maupun kebutuhan dasar masyarakat. Selain masalah fisik, para penyintas juga menghadapi trauma yang mendalam akibat kehilangan tempat tinggal dan orang yang mereka cintai. “Di lapangan, kami bukan lagi sekadar relawan. Kami sudah tidak ada jarak dengan tim, kami bekerja sebagai satu kesatuan yang utuh,” lanjut Adib.
Namun, bantuan yang datang tidak hanya berupa makanan dan obat-obatan. Relawan juga memberikan dukungan psikologis kepada para korban yang masih terhimpit perasaan takut dan kehilangan. Bagi Adib, hal yang paling berkesan adalah saat ia melihat warga yang kehilangan rumah harus berjuang keras untuk bertahan hidup, meskipun hidup mereka sangat sulit setelah gempa.
“Yang paling membuat saya terenyuh adalah saat melihat warga yang harus hidup tanpa air bersih. Sebagian dari mereka harus memasak air banjir dan menunggu tiga hari untuk bisa mengkonsumsinya. Hal kecil seperti itu yang bisa sangat menyentuh hati kita sebagai relawan,” cerita Adib.
Gempa Cianjur memang menyisakan duka yang mendalam bagi banyak pihak. Namun di balik bencana tersebut, ada banyak kisah inspiratif dari relawan seperti Adib yang memberikan bantuan dengan sepenuh hati. Keberadaan mereka tidak hanya meringankan beban fisik korban, tetapi juga memberi harapan bagi mereka yang sempat kehilangan segala-galanya.
Bagi Adib, alasan menjadi relawan sangat sederhana. Ia merasa terpanggil untuk membantu, mengingat latar belakang hidupnya yang dekat dengan alam. “Sejak kecil saya sudah terbiasa dengan alam dan kegiatan yang mengarah pada kemanusiaan. Memanusiakan manusia, itulah yang selalu menjadi motivasi saya untuk terus terlibat dalam kegiatan ini,” ujarnya dengan rendah hati.
Kehadiran generasi relawan baru sangat diharapkan oleh Adib. Ia menekankan pentingnya regenerasi dalam dunia kemanusiaan, agar setiap bantuan yang diberikan bisa tetap berlanjut dan bahkan berkembang seiring waktu. “Bagi teman-teman yang baru mau bergabung, nikmatilah setiap prosesnya. Jangan hanya lihat hasil akhirnya, tetapi lihat bagaimana pengalaman ini bisa memperkaya kehidupanmu dan semakin mendekatkan kita kepada misi kemanusiaan,” tutur Adib.
Melalui pengalamannya yang penuh makna, Adib dan relawan lainnya telah membuktikan bahwa dalam situasi yang paling gelap sekalipun, selalu ada cahaya harapan yang datang dari mereka yang mau berbagi. Sebagai relawan, mereka tidak hanya memberikan bantuan, tetapi juga memberikan cinta dan solidaritas yang tiada henti, membangun ketangguhan dalam menghadapi segala cobaan. (Hasna Aghnia Mumtazah / Dompet Dhuafa)