
Jakarta—Sebanyak 60 pelajar SMK PGRI 36 Jakarta tampak antusias mengikuti pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas yang digelar Sabtu (17/5/2025). Kegiatan ini diselenggarakan ID Humanity Dompet Dhuafa melalui tim Disaster Management Center (DMC), dan berlangsung di ruang kelas SMK PGRI 36 Jakarta, Jalan Peta Utara No. 46, Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat.
Sesi kelas dibuka dengan pemaparan materi dasar pertolongan pertama, mulai dari penanganan luka luar hingga teknik evakuasi korban. Namun pelatihan tak berhenti di sana. Usai sesi teori, para siswa diajak turun ke lapangan untuk praktik langsung.

Di bawah bimbingan tim DMC, para peserta dibagi ke dalam tiga kelompok. Bergiliran, mereka mempraktikkan cara mengevakuasi korban kecelakaan, menangani luka terbuka dan tertutup, serta memberikan pertolongan pertama pada kasus patah tulang.

Melalui pelatihan ini, para siswa tak hanya dibekali pengetahuan, tetapi juga keberanian dan kepekaan untuk tanggap dalam situasi darurat—keterampilan penting untuk bisa memberikan pertolongan pada orang lain.
“Kami ingin membangun kesadaran dan kesiapsiagaan sejak dini,” ujar Muhammad Syaiban, anggota tim DMC Dompet Dhuafa yang menjadi salah satu pemateri dalam pelatihan tersebut.
Menurutnya, kecelakaan bisa terjadi kapan saja, di mana saja, dan siapa pun bisa menjadi korban maupun penolong pertama. Oleh karena itu, pengetahuan dasar tentang pertolongan pertama harus dimiliki oleh semua orang, termasuk para pelajar.


“Kami percaya, dengan pelatihan semacam ini, para siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga merasakan langsung pengalaman menangani situasi darurat. Itu penting agar mereka tidak panik saat menghadapi kejadian nyata di lapangan,” tambahnya.
Syaiban berharap, pelatihan ini bisa menjadi pemantik bagi sekolah-sekolah lain untuk mengintegrasikan pengetahuan kebencanaan dan pertolongan pertama ke dalam kegiatan pembelajaran.

Tidak hanya praktik pertolongan pertama, DMC Dompet Dhuafa juga mengajak seluruh siswa untuk bisa menangani kebakaran skala kecil.
Setelah mendapatkan arahan bagaimana menangani kebakaran, para siswa mempraktikan langsung pemadaman api menggunakan kain basah, dan alat APAR.
Satu per satu siswa bergiliran mencoba menjinakkan api skala kecil tersebut.


Pelatihan pertolongan pertama dan penanganan kebakaran skala kecil menjadi kesempatan baik untuk anak-anak sekolah mempelajari hal ihwal tersebut. Mengingat potensi kecelakaan dan kebakaran begitu tinggi dan dekat sekali di lingkungan sehari-hari mereka.
Melalui pelatihan ini diharapkan para siswa memiliki keberanian dalam menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan segera. Pesan ini selaras dengan apresiasi dari Kepala Sekolah SMK PGRI 36 Jakarta, Waluyo.

“Pelatihan ini sangat bermanfaat. Setelah mengetahui cara-caranya, semoga anak-anak bisa menolong orang lain. Pembinaan seperti ini sangat bagus buat anak-anak. Jadi kalau ada masalah di lingkungan mereka, apalagi di lingkungan sekolah, mereka mampu mengatasinya. Baik untuk keselamatan orang-orang di sekitarnya, maupun keselamatan mereka sendiri,” ujarnya.
Waluyo berharap pelatihan ini bisa diadakan secara rutin di sekolahnya.
Muhammad Rifqi, siswa kelas 10, menjelaskan pengalaman pertamanya mengikuti kegiatan pelatihan tentang pertolongan pertama dan penanganan kebakaran.

“Ini pertama kalinya belajar tentang pertolongan pertama dan pemadaman api skala kecil. Pelatihannya penting buat anak sekolah. Kita disini bisa belajar tentang cara mengevakuasi orang kecelakaan dengan benar, tidak asal-asalan. Juga kita belajar tentang mengobati orang yang luka. Terakhir cara memadamkan api,” ucapnya.
“Setelah ini saya siap bantu dan memberikan pertologan pertama kalau terjadi kecelakaan di jalanan,” imbuhnya.
Kawan Baik, situasi darurat bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Kondisi awal ketika kedaruratan terjadi sangat menentukan kondisi setelahnya, maka memiliki keterampilan pertolongan pertama seolah wajib dimiliki setiap orang. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang. (Muhammad Afriza Adha/ID Humanity Dompet Dhuafa)