Cordofa Gelar Sarasehan dan Evaluasi Dai Ambassador 2025

Tangerang Selatan—Sebanyak 15 Dai Ambassador hadir dalam acara Sarasehan dan Evaluasi Dai Ambassador Dompet Dhuafa pada Ramadan 1446 H/2025 M, di Syahida Inn UIN Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, pada Jumat (18/4/2025).  

Para dai ini merupakan dai-dai terpilih melalui seleksi program Dai Ambassador tahun 2025 yang diluncurkan oleh layanan dakwah Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa).  

Dalam acara yang berlangsung selama dua hari ini, Jumat (18/4) dan Sabtu (19/4), para dai memaparkan laporan kinerja dakwahnya selama penugasan di negara-negara yang ditentukan.  

Laporan kinerja memuat capaian-capaian dakwah berdasarkan target yang telah ditentukan tim Cordofa, tantangan di lapangan, serta dampak yang dirasakan oleh masyarakat muslim di negara penempatan. 

Selain itu diharapkan para dai juga memberikan saran atau masukan segar untuk program Dai Ambassador ke depannya dalam menyebarkan nilai-nilai dakwah yang welas asih bagi masyarakat muslim di mancanegara.  

Di hari pertama, pada Jumat (18/4), para dai menyampaikan laporan kinerjanya di depan beberapa komentator evaluasi, yakni Juperta Panji Utama (Deputi Direktur I Program Sosial Kemanusiaan dan Dakwah Dompet Dhuafa), Ahmad Pranggono (Kepala Cordofa), Kamaluddin (Kepala LPM Dompet Dhuafa), serta Shofa Qudus (Kepala DMC Dompet Dhuafa).  

Dalam forum evaluasi berlangsung diskusi yang elaboratif antara para dai dan komentator yang hadir. Besar harapan dari evaluasi yang dilakukan dan diskusi yang berlangsung di dalamnya memberikan peningkatan kualitas program dakwah ke mancanegara di tahun-tahun berikutnya. 

Juperta Panji Utama mewakili Dompet Dhuafa berharap para dai yang telah bekerjasama dalam program Dai Ambassador tahun ini senantiasa melanjutkan kiprah-kiprah yang sudah dilakukan selama Ramadan di negara-negara luar.  

“Kiprah-kiprah tentang keimaman (kepemimpinan) dakwah yang telah dilakukan para ustadz di negara tujuan mampu diteruskan di negara Indonesia. Dan sifat atau layanan kepemimpinan yang telah dilakukan harus dikembangkan meskipun harus berjalan seorang diri dengan nama ustadz masing-masing,” ucap Panji.  

Cerita Dakwah dari Dili dan Hongkong 

Selain memaparkan laporan kinerja dakwahnya, sesi evaluasi juga menjadi kesempatan para dai untuk bercerita tentang pengalaman dakwahnya di negara luar. Salah satunya Ustadz Muhammad Ubay Dillah yang bertugas di Timor Leste.  

Lelaki yang karib dengan sapaan Ustadz Ubay ini menjelaskan pengalaman yang menyentuh hatinya tepat di hari pertamanya tiba di Timor Leste.  

Tepatnya di Masjid An-Nur, di Ibukota Dili, selepas ibadah shalat zuhur, ia menyaksikan langsung dua perempuan non muslim yang hendak membaca dua kalimat syahadat.  

Disaksikan ratusan jamaah masjid yang sebagian besar warga negara Indonesia yang bekerja di sana, dan dibimbing langsung oleh imam masjid An-Nur, Julio Muslim Da Costa, dua perempuan itu membaca dua kalimat syahadat dengan begitu hikmat.  

“Setelah membaca syahadat, dua perempuan itu meneteskan air matanya, dan sebagian besar jamaah juga menetes air mata menyaksikan peristiwa ini,” cerita Ustadz Ubay.  

Ustadz Ubay menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Dompet Dhuafa yang telah memberikan kesempatan untuknya bisa berdakwah di luar negeri, terutama Timor Leste.  

“Terima kasih untuk pengalaman berharga dari pertemuan-pertemuan dengan orang hebat di sana. Dompet Dhuafa memegang peranan penting dengan menjadi wasilah dakwah untuk Timor Leste. Kepada Allah saya berharap balasan terbaik untuk semua pihak yang melancarkan dakwah ini,” ujarnya.  

Terakhir, Ustadz Ubay mengucapkan rasa terima kasihnya dengan satu kata dalam bahasa Portugis yang ia pelajari selama di Dili, “Obrigado!”  

Sementara cerita lainnya dari Ustadz Misbahuddin yang bertugas di Hongkong. Ia mengungkapkan berdakwah di Hongkong merupakan pengalaman langka dan mahal baginya.  

Ustadz Misbahuddin menceritakan bagaimana dirinya berkontak langsung dengan kehidupan buruh migran di Hongkong asal Indonesia. Pengalamannya berdakwah di tengah taman untuk para perantau. “Kami membawa amanah dakwah untuk para pahlawan devisa negara yang setiap pekan menyempatkan berkunjung ke taman demi mengisi jiwanya,” ujar Ustadz Misbahuddin.  

Para pekerja datang dengan mata sembab karena rasa rindu yang menumpuk akan dakwah-dakwah yang disampaikan dai asal Indonesia.  

“Ada yang ditinggal pasangan di kampung, ada yang kehilangan anak saat bekerja, bahkan ada yang tidak pernah pulang (ke Indonesia) lebih dari satu dekade. Di balik kesedihan yang dirasakan, mereka tetap shalat,. Tetap tertawa. Bahkan mereka tetap berdakwah kepada sesama,” pungkas Misbahudin.  (Muhammad Afriza Adha/Dompet Dhuafa)