amp-web-push-widget button.amp-subscribe { display: inline-flex; align-items: center; border-radius: 5px; border: 0; box-sizing: border-box; margin: 0; padding: 10px 15px; cursor: pointer; outline: none; font-size: 15px; font-weight: 500; background: #4A90E2; margin-top: 7px; color: white; box-shadow: 0 1px 1px 0 rgba(0, 0, 0, 0.5); -webkit-tap-highlight-color: rgba(0, 0, 0, 0); } .amp-logo amp-img{width:190px} .amp-menu input{display:none;}.amp-menu li.menu-item-has-children ul{display:none;}.amp-menu li{position:relative;display:block;}.amp-menu > li a{display:block;} /* Inline styles */ div.acss138d7{clear:both;}div.acss5dc76{--relposth-columns:3;--relposth-columns_m:2;--relposth-columns_t:3;}div.acssae964{aspect-ratio:1/1;background:transparent no-repeat scroll 0% 0%;height:150px;max-width:150px;}div.acss6bdea{color:#333333;font-family:Arial;font-size:12px;height:75px;} .icon-widgets:before {content: "\e1bd";}.icon-search:before {content: "\e8b6";}.icon-shopping-cart:after {content: "\e8cc";}
Jakarta—Meskipun hidup di dunia tanpa bunyi, teman Tuli masih bisa melafalkan Al-Quran lewat tanda. Dengan bahasa isyarat, mereka mampu membaca ayat-ayat, menjadi penghafal dan memperoleh berkah darinya. Namun, semua ini mengandaikan tersedianya guru mengaji yang bisa mengajarkan mereka metode membaca Al-Quran dengan isyarat.
Pada Sabtu, 27 September 2025, di Syahida Inn UIN Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) mengadakan pelatihan Al-Quran isyarat untuk guru agama Islam Sekolah Luar Biasa (SLB) se-Jabodetabek. Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari ini bertujuan mewujudkan akses pendidikan Al-Quran yang inklusif.
Penyelenggaraan pelatihan ini pun bertepatan dengan Hari Tuli Sedunia 2025 yang jatuh pada 27 September.
Bersama pengajar dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran (LPMQ), 80 guru dari berbagai komunitas dan SLB mempelajari cara mengisyaratkan huruf yang tertuang dalam teks Al-Quran.
Ada dua metode yang mereka pelajari dalam mengisyaratkan teks Al-Quran, yaitu Kitabah dan Tilawah.
“Metode kitabah cara mengisyaratkan apa yang tertulis dalam mushaf Al-Quran. Sedangkan metode tilawah cara mengisyaratkan apa yang diucapkan/dilafalkan. Jadi bacaan dengan hukum tajwidnya harus dibaca seperti apa,” kata Muhammad Mundzir, salah satu pengajar dari LPMQ.
Mundzir menuturkan dua metode ini membantu guru memetakan kompetensi anak-anak Tuli. Keduanya tidak bisa sekaligus dikuasai oleh anak-anak Tuli, tapi setidaknya dua metode ini perlu diajarkan guru kepada mereka.
Pelatihan ini penting karena literasi dan pendidikan Al-Quran untuk teman Tuli perlu menjadi perhatian bersama. Tersedianya guru yang memahami Al-Quran isyarat mengisi celah kosong dalam upaya peningkatan literasi dan pendidikan Al-Quran teman Tuli, tutur Mundzir.
“Pelatihan ini juga memberikan kesempatan bagi teman-teman Tuli untuk tidak sekadar menjadi objek, tetapi menjadikan mereka sebagai subjek. Jadikan mereka makhluk pertama, bukan makhluk kedua,” ucap Mundzir.
Mundzir menambahkan melalui pelatihan ini teman-teman Tuli punya kesempatan yang setara untuk mengakses kitab suci Islam ini.
Cara khusus membaca Al-Quran untuk teman Tuli belum sepopuler Al-Quran braile untuk penyandang tunanetra. Masih banyak guru yang mengajarkan teman Tuli hanya dengan cara yang terbatas. Kabar baiknya saat ini sudah ada mushaf Al-Quran isyarat yang dikeluarkan Kementerian Agama dan LPMQ pada tahun 2023.
Adanya mushaf ini masih perlu dibantu dengan guru-guru yang memahami pedoman membaca Al-Quran isyarat. Agar penggunaan mushaf Al-Quran isyarat bisa dijangkau teman-teman Tuli.
“Sebelum tahun 2020 saya mengajarkan huruf hijaiyah ke murid Tuli hanya sebatas mengenalkan gambar saja. Tapi sekarang sudah pakem Al-Quran isyarat yang disahkan Kementerian Agama. Jadi kita enggak ragu lagi, semakin mantap dan terarah mengajarkan Al-Quran kepada murid-murid Tuli,” kata Anik Khorida (45), Guru SLB BC Alfiany Cengkareng Barat.
Anik Khorida mengungkapkan pelatihan Al-Quran isyarat ini menambah pemahamannya dalam metode pengajaran mengaji isyarat yang baik ke murid-muridnya.
“Ini sebagai jalan keluar. Saya sebagai seorang guru dulunya bingung cara mengajarkan Al-Quran ke teman Tuli itu seperti apa dan bagaimana. Dengan pelatihan ini kita jadi terarah. Dan untuk anak-anak Tuli, mereka bisa mengerti Al-Quran,” kata Anik.
Marno (58), guru di SLB Bina Insani Kota Depok, mengatakan pelatihan Al-Quran isyarat ini menjadi penyempurna pengajaran Al-Quran yang diterapkan di sekolah.
“Ini menyempurnakan cara belajar Al-Quran teman-teman Tuli. Dengan pelatihan ini cara mengaji teman Tuli bisa lebih berkembang,” ujar Marno.
Sumarno bilang dengan adanya Al-Quran isyarat dengan pedoman yang pakem memudahkan teman-teman Tuli menjadi guru mengaji untuk teman sebayanya.
“Kalau anak Tuli bisa mengaji dengan isyarat, teman-temannya akan termotivasi untuk bisa juga. Murid Tuli yang sudah bisa memahami bisa menjadi tutor sebaya untuk temannya,” tutur Marno.
Marno melanjutkan, dengan memahami Al-Quran isyarat, sebagai muslim teman-teman Tuli punya hak dan kesempatan untuk bisa mengambil manfaat dari Al-Quran.
Dr. Abdul Aziz Sidqi, M.Ag, Kepala LPMQ Kementerian Agama RI, menyampaikan apresiasi kepada Dompet Dhuafa dalam penyelenggaraan pelatihan Al-Quran isyarat. Dalam hal ini Dompet Dhuafa membantu kerja LPMQ dan Kementerian Agama dalam mensyiarkan Al-Quran isyarat ke masyarakat.
“Al-Quran isyarat ini hal baru. Sangat baru di Indonesia, bahkan di dunia sehingga perlu terus-menerus diberikan kepada masyarakat untuk mengetahui dan mempelajari Al-Quran isyarat,” ujar Abdul Aziz.
Abdul Aziz mengatakan mushaf Al-Quran isyarat ini merupakan hasil dari kerja LPMQ dan komunitas-komunitas Tuli secara mendalam selama 2-3 tahun terakhir. Pengajaran Al-Quran isyarat melalui pelatihan membantu meluasnya penggunaan mushaf tersebut.
“Peran lembaga filantropi seperti Dompet Dhuafa dalam menyebarkan Al-Quran isyarat lewat pelatihan-pelatihan sangatlah bagus. Kami berharap ini bisa berkelanjutan,” ujar Abdul Aziz.
Ahmad Pranggono, Kepala Cordofa, menjelaskan pelatihan Al-Quran isyarat ini sebagai bentuk pengejawantahan dari Islam yang inklusif untuk semua umat manusia. Hal ini menjadi latar belakang besar Cordofa mengajak guru-guru SLB se-Jabodetabek untuk belajar Al-Quran isyarat.
Ahmad Pranggono mengartakan teman-teman Tuli berhak untuk mendapatkan akses terhadap Al-Quran. Ada gap antara Al-Quran sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia dan manusia yang butuh cara khusus untuk bisa mengakses Al-Quran. Maka pelatihan Al-Quran isyarat kepada guru-guru SLB mencoba menutup kekosongan itu.
“Harapannya dengan diadakan pelatihan ini, nanti para guru ini punya kemampuan untuk mengajar anak-anak Tuli sehingga anak-anak Tuli pun memiliki akses yang sama kepada Al-Quran untuk petunjuk hidup bagi mereka, baik kebagian di dunia maupun kebahagian di akhirat,” pungkas Ahmad Pranggono.
Pelatihan Al-Quran isyarat ini bukan hanya membuka akses terhadap Al-Quran, tetapi juga menegaskan bahwa setiap muslim, tanpa terkecuali, berhak merasakan hidayah dan keberkahan dari kitab sucinya. (Muhammad Afriza Adha/ID Humanity Dompet Dhuafa)
Medan--Dompet Dhuafa melalui Direktur Program Sosial, Kemanusiaan, dan Dakwah, K.H. Ahmad Shonhaji, MM, menyerahkan santunan…
Bogor—Setiap elemen masyarakat perlu memiliki pengetahuan manajemen bencana, tidak terkecuali para dai. Perannya sebagai pendakwah,…
Pemateri LPM Dompet Dhuafa menyampaikan materi tentang Pemulasaran Jenazah Antara Syar’I dan Tradisi (19/9) Jakarta—100…
Orang-orang dengan kompetensi tinggi dan integritas luhur hampir selalu membawa manfaat besar bagi lingkungan sekitarnya.…